Kamis, 08 Mei 2014
Tatto
Manusia bertatto, tidak ada sedikit pun kesan jahat saat aku melihat manusia-manusia bertatto, aku malah merasa sebaliknya, senang melihatnya terkesan lebih keren dari mereka yang tidak bertatto. Ini hanya pandanganku, namun beberapa orang yang tua atau generasi di atas saya masih banyak yang menganggap tatto adalah orang jahat pelaku kriminal, bukankah jahat atau tidak perilaku seseorang dilihat dan dinilai dari perilaku mereka? memang, jika kita pernah, bisa dan mau berpikir, tidak hanya memakan mentah apa saja yang diberikan media-media yang membentuk citra manusia bertatto.
Banyak dari kawan-kawanku di tubuhnya mempunyai tatto, ada yang cuma satu gambar di lengan, punggung, pundak dan dibagian tubuh lainnya, ada juga yang sekitar 80% tubuhnya di penuhi dengan tatto, semakin banyak tatto, semakin keren saja menurutku.
2009 dari tongkronganku atau kawan-kawan yang satu komunitasku hanya ada 8 orang yang ditubuhnya bertatto, namun sekarang tahun 2014, 20-an kawan ditubuhnya sudah mempunyai tatto. 20-an itu dari kawan-kawan sendiri, kawan-kawan komunitas, belum lagi beberapa pemuda dari desa-desa lain yang tubuhnya juga di tatto oleh salah seorang kawan.
sudah lama aku menginginkan tatto di tubuhku, banyak pertentangan dalam hati, bagaimana respon orang tuaku dan masyarakat yang melihatku, dua tahun lamanya aku memikirkan apakah aku harus bertatto atau tidak, hingga aku memutuskan untuk menatto tubuhku tahun 2013, aku harus menatto tubuhku tanpa memberi tahu orang tuaku, pokoknya orang tuaku harus tahu sendiri kalau aku sudah punya tatto, jika sudah begitu, orang tuaku tidak bisa melarangku dan tidak akan memintaku untuk menghapus tattoku, toh tatto akan selalu ada sampai aku menjadi tulang belulang. kataku dalam hati.
Aku ditatto oleh kawanku dari Austria, saat itu aku sedang berada di Yogyakarta, berkunjung dan bermain-main di sana selama beberapa hari. Aku sudah yakin dan mantap aku akan menatto tubuhku, namun design mana yang harus kupakai untuk menatto tubuhku? aku menemukan design tatto, aku berkata padanya aku ingin ditatto Hierogliph, kawanku itu mulai mencari design hiroglip di internet, aha ini bagus sekali, aku menemukan gambar Anubis, dewa kematian dalam mitologi mesir kuno.
Aku hanya merasakan gigitan-gigitan semut saat jarum tatto mulai merajah tubuhku, tidak sakit namun sedikit ngilu, saat ditatto aku sempat meminum arak yang aku bawa dari kampung, hei kamu jangan minum alkohol dulu, nanti darahmu akan keluar banyak, kata kawanku dengan aksen bulenya. untunglah saat itu aku tidak mengeluarkan darah banyak. pukul tujuh malam setelah ditatto, aku dan kawan-kawan mendatangi kontes tatto di Liquid Yogyakarta. aku lupa di sana ada berapa artist tatto yang sedang menatto para modelnya. aku berkeliling di dalam liquid melihat artist-artist tatto itu sampai aku berhenti di seorang artist tatto, wanita, bukan, bukan karena dia seorang wanita, ada beberapa artist tatto wanita yang ikut kontes tatto malam itu, yang membuatku berhenti adalah saat aku tidak mendengar mesin tatto saat mesin tattonya menatto tubuh modelnya, aku heran, alat macam apa yang dipakainya, apakah model yang terbaru, entahlah sebab aku sering mendengar suara mesin tatto saat seseorang ditatto, boleh juga alat ini, si orang yang akan ditatto tidak akan merasa ngeri saat ditatto karena tidak mendengar suara mesin tatto.
Aku sudah mempunyai tatto, namun bagaimana jika orang tuaku sampai tahu jika aku mempunyai tatto? aku belum siap menerima kemungkinan jika orangtuaku mengetahui anaknya bertatto, di Yogyakarta aku membeli pakaian lengan panjang yang akan kupakai jika aku di rumah, agar tatto di tangan kiriku tertutup dan tidak diketahui orangtuaku. Beberapa hari kemudian aku pulang ke rumah, di dalam rumah aku selalu memakai pakaian lengan panjang, orangtuaku sempat heran, tumben-tumbenan aku memakai kaos lengan panjang padahal cuaca di Blora sangat panas yang membuat tubuh kegerahan. beberapa kawan selalu iseng jika main ke rumahku, Nib, kok gak pakai kaos pendek saja, kata kawanku diakhiri dengan tertawa dan aku pun meresponnya dengan biasa sambil memicingkan mataku, biar gak panas, kataku.
sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan ketahuan juga, eh jatuh juga. ya pepatah itu selalu tepat jika kita menutup-nutupi satu hal dari orang terdekat kita. Pagi hari saat bangun dari tidur setelah meminum segelas air putih, Ibu berkata dari pintu dapur, tanganmu kamu tatto ya? aku hanya menjawabnya dengan senyuman meringis yang memperlihatkan kuningnya gigiku sambil menjawab dengan ingin tertawa karena ketahun, kenapa aku menahan tawa, aku tidak tahu saat itu mengapa responku seperti itu. iya, Buk. kataku Ya, sudah jangan ditambah lagi tattonya. kata Ibuku. aku kaget atas respon Ibuku, kenapa tidak marah, kenapa tidak seperti kemungkinan yang aku pikirkan, Iya, aku menjawabnya dengan penuh keriangan dan suka cita.
Ibuku memang rock n roll. Terima Kasih Ibu, Aku sayang Ibu, Ibu yang sangat terbuka dengan jaman, ibu yang bisa menerima perubahan jaman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar