Rabu, 13 Mei 2015
Lubang yang Tak Terhindar
lubang-lubang yang tak terhindarkan
melaju cepat
60 km/jam
wussssssshhhhhh
melaju pelan
20 km/jam
breeeeeeemmmm
awas
tet tet tin tin
Oper dua
melaju pelan
tambah satu jadi tiga
melaju cepat
tet tet tin tin
awas
glodak sreeeeeetttttttttt
berhati-hati maut pun menanti
di kanan dan kiri
glodak
lubang di depan tak terhindar
sekejap
lalu tamat.
13 Mei 2015
Jogja-Solo
Sabtu, 25 April 2015
Penukar Uang
Aku sedang duduk menikmati segelas kopi yang baru saja
kubuat sambil menikmati beberapa batang rokok. Sore yang damai setelah tujuh
jam bekerja aku bisa santai menikmati waktu hidupku.
Aku duduk di ruang tamu lurus menghadap pintu masuk. Sore
itu hanya ada seorang ibu yang sedang momong
anaknya melintas di depan rumah sambil membawa mangkuk di tangan kirinya dan
tangan kanan memegang sendok, ibu itu sedang berjalan-jalan sambil menyuapi
anaknya.
Jumat, 24 April 2015
Sebuah Pertanyaan, Ibu Kartini Kini
“ibu kita Kartini,
putri sejati, putri Indonesia harum namanya.”
Aku masih ingat lagu Ibu Kita Kartini yang dulu sering
kunyanyikan saat aku masih kecil. Aku lupa kapan tepatnya lagu itu masuk ke
dalam kepalaku.
Saat masih sekolah, Aku hanya tahu sedikit cerita tentang R.
A. Kartini, Raden Ajeng Kartini adalah putri Adipati Jepara selama masa mudanya
beliau berkirim surat dengan temannya yang tinggal di Belanda. Kumpulan
surat-surat itu terkenal dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang.”
Kamis, 23 April 2015
Selamat hari buku
Aku sedang merasa berada di puncak kebodohan-dalam hidupku-mungkin ini berlebihan, namun inilah yang aku rasa mala mini. Ngeheknya lagi, aku sedang duduk di depan laptop hanya duduk dan memikirkan, apa yang harus kulakukan malam ini? Tiduran sambil membaca The Kreutzer Sonata karya Tolstoy atau tiduran sambil mengamati media social? Dari dua pilihan itu, aku memilih untuk menulis saja, menulis ketidakjelasan, ketidakfokusan isi kepalaku.
Langganan:
Postingan (Atom)